Booming tetralogi Laskar Pelangi karya Andre Hirata mencuatkan nama sebuah tempat dikalangan pembacanya. Edensor (baca: Enzer). Desa kecil di daratan Inggris yang disangka Ikal kecil adalah nama sebuah negeri khayalan. Namun bertahun kemudian didapatinya sebagai tempat yang benar-benar nyata. Kebetulan saya sedang melanjutkan studi di Newcastle University, Inggris. Jadi, mumpung ada disini kenapa tidak saya buktikan keberadaan desa yang dikenal Ikal dari buku pemberian gadis pujaan hatinya itu.
Berangkat dari keinginan untuk mengalami apa yang dirasakan Ikal ketika menginjakkan kaki di taman surga dunia itu, saya bertolak dari Newcastle menuju Sheffild. Kurang lebih tiga jam perjalan dengan menggunakan transport darat belum mempertemukan saya dengan Edensor. Ternyata Edensor berada sekitar 1 jam di luar kota Sheffild.
Edensor adalah sebuar desa kecil yang berada di Derbyshire, Inggris, berdekatan dengan Chartsworth House milik Duke Devonshire. Masuk dari gerbang utamanya saya langsung disambut oleh pemandangan sebuah gereja tua, St. Peter. Gereja ini diperluas oleh Sir George Gilbert Scott untuk Duke of Devonshire ke-7 pada tahun 1860-an. Konon katanya adik perempuan John F. Kenedy, Kathleen Kennedy yang menikahi anak tertua Duke of Devonshire ke-10, dikuburkan di halaman gereja tersebut.
Berbelok ke kiri dari gerbang utama adalah kedai teh Edensor. Tempat ini bisa dijadikan tempat melepas lelah setelah mengitari desa. Kedai teh tersebut tidak terlalu luas. Terdapat beberapa bangku panjang diluar kedai. Bila tidak tahan dengan dinginnya cuaca, pengunjung bisa memilih meja-meja yang terletak di dalam kedai. Meja yang disediakan juga tidak terlalu banyak sehingga pengunjung harus mengantri. Setelah beberapa menit berdiri dalam antrian barulah seorang waitres mempersilahkan saya untuk menempati sebuat meja kecil di pojok ruangan. Tidak seperti kebiasaan di Indonesia, seorang waitres akan datang menghampiri untuk mencatat pesanan, saya harus memesan sendiri di meja kasirnya dan tentu saja pesanan langsung dibayar. Teh camomile. Teh yang saya nikmati di kedai teh Edensor. Dua poundsterling untuk seteko kecil teh camomile cukuplah menghilangkan letih akibat perjalan menuju Edensor.
Semakin jauh ke dalam Edensor semakin cantik. Pagar batu yang membatasi rumah penduduk, pohon sepanjang jalan yang masih menghadapi musim dingin, domba yang merumput di lapangan hijau membentang. Hhmm, pantaslah banyak yang jatuh hati pada tempat ini.
Menjelang sore saya meninggalkan Edensor dengan perasaan yang mungkin kurang lebih sama dengan yang dirasakan Ikal ketika menemukan tempat ini. Ternyata, Edensor bukan negeri khayalan. Ia terbentang disini. Di daratan Inggris. Nyata.
By : Oktarina
No comments:
Post a Comment